Jean-Christian Petitfils, yang telah mempelajari Kain Kafan Suci selama lebih dari 40 tahun, membahas temuan-temuan yang dirinci dalam buku barunya yang disebut sebagai ‘penyelidikan definitif’ terhadap kain linen suci yang sangat berharga ini.
Kain Kafan Turin, yang diyakini membungkus tubuh Yesus setelah Penyaliban-Nya, merupakan sumber penemuan dan perdebatan yang tak ada habisnya antara sejarawan dan ilmuwan — serta antar umat beriman sendiri. Beberapa menganggapnya hanya sebagai ikon yang melambangkan kematian dan kebangkitan Kristus, sementara yang lain tetap yakin akan keasliannya karena banyaknya studi yang mendukung gagasan tersebut.

Dalam sintesis komprehensif ini, jauh dari semangat polemik apa pun, Jean-Christian Petitfils menunjukkan, dengan cara yang jelas dan meyakinkan, bahwa saat ini tidak ada lagi keraguan: Kain Kafan Suci Turin memang asli. Tidak hanya informasi yang diberikannya tentang Sengsara Kristus yang luar biasa, tetapi karakteristik gambar yang unik dan membingungkan, yang tidak pernah dapat direproduksi secara identik meskipun semua teknik modern digunakan – pembalikan warna, tiga dimensi, proyeksi ortogonal tanpa efek lateral, tidak adanya sedikit pun jejak pembusukan tubuh atau robekan gumpalan darah – tampaknya memperkenalkan kita pada misteri lain…
Sejarawan asal Prancis, Jean-Christian Petitfils, termasuk yang meyakininya.
Empat dekade yang ia curahkan untuk mempelajari Kain Kafan telah meyakinkannya bahwa wajah yang diperlihatkan kepada dunia oleh fotografer Italia, Secondo Pia, pada tahun 1898, memang wajah Yesus Kristus di dalam makam, sebagaimana dijelaskannya dalam wawancara dengan Register ini.
Penyelidikan ekstensifnya, yang menghimpun dan menganalisis semua studi yang pernah dilakukan terhadap relik ini — termasuk studi karbon-14 terkenal yang meragukan keasliannya — baru-baru ini diterbitkan dengan judul Le Saint Suaire de Turin, l’enquête définitive! (Kain Kafan Turin: Penyelidikan Definitif!), yang kembali memicu perdebatan sengit menjelang pengungkapan rekreasi tubuh Kristus berdasarkan Kain Kafan Turin di Katedral Salamanca, Spanyol, musim gugur ini.
Sebagai seorang sejarawan yang berspesialisasi dalam Ancien Régime (sistem politik Kerajaan Prancis sebelum Revolusi Prancis), Petitfils adalah seorang Katolik dan penulis karya-karya terkenal tentang kehidupan Yesus.
Buku Anda disebut sebagai “penyelidikan definitif” tentang Kain Kafan Turin. Apa yang membuat Anda menyatakan hal tersebut? Apa yang membuatnya berbeda dari studi dan penyelidikan lainnya?
Saya tidak mengklaim bahwa setelah buku ini tak akan ada lagi yang ditulis tentang Kain Kafan. Penelitian saya disebut definitif dalam arti bahwa bukti-bukti yang ada begitu banyak dan kuat, sehingga diskusi mengenai keasliannya tidak bisa diulang kembali. Inilah hal terpenting. Di masa depan, para peneliti akan membahas banyak hal lain. Misalnya, bagaimana gambar itu terbentuk di kain linen masih belum diketahui. Para ilmuwan masih meraba-raba. Ini tetap menjadi misteri luar biasa.
Anda adalah salah satu pakar besar mengenai Kain Kafan saat ini. Apa yang membuat Anda tertarik pada hal ini?
Saya telah tertarik pada Kain Kafan Turin selama 44 tahun. Kain ini memikat saya karena misteri sejarah, arkeologi, dan ilmiahnya. Penting untuk ditegaskan bahwa ini bukan masalah iman. Bahkan jika Kain Kafan ternyata palsu, iman Kristiani tidak akan tercoreng. Dalam sejarah, banyak pemalsuan terjadi, dan kepercayaan terhadap kebenaran iman — kematian dan kebangkitan Yesus — tidak pernah dipertanyakan.
Namun demikian, Kain Kafan memberi kita informasi tentang Sengsara Kristus. Kita tahu, misalnya, bahwa Ia dicambuk sangat keras, dengan cara Romawi, bukan cara Yahudi, menggunakan flagrum — alat cambuk dengan dua bola kecil dan batang di antaranya — yang jejaknya bisa dilihat di bawah mikroskop. Kita bisa melihat bahwa Ia memang diberi mahkota duri, ditusuk di sisi kanan. Jenis tombak Romawi yang digunakan bahkan telah diidentifikasi, karena ada beberapa jenisnya.
Pemeriksaan Kain Kafan secara tak terelakkan membawa kita pada misteri Kebangkitan, meskipun kain kafan ini bukanlah bukti Kebangkitan, yang hanya bisa dialami dan dipahami lewat iman. Namun kain ini memberikan petunjuk yang sangat mengusik.

Bagaimana Anda memperoleh keyakinan akan keaslian Kain Kafan ini dalam penelitian Anda, meskipun ada tantangan ilmiah seperti analisis karbon-14 yang menetapkan asal-usul kain ini dari Abad Pertengahan?
Saya sangat terkejut dengan hasil analisis karbon-14 tahun 1988-89, karena bertentangan dengan penelitian yang sangat andal sebelumnya, seperti karya Profesor Pierre Barbet dari Rumah Sakit Saint-Joseph, yang menemukan hubungan antara Sengsara Yesus dan semua informasi tentang Kain Kafan, atau karya Profesor Paul Vignon pada tahun 1930-an, yang menunjukkan kesesuaian mutlak antara ikonografi Kristus (yang muncul sejak akhir abad ke-4) dan wajah pria dalam Kain Kafan. Pergantian model ikonografi ini terjadi pada saat yang bersamaan dengan kedatangan kain linen berharga ini di kota Edessa (kini di Turki). Maka tampaknya mustahil bahwa pemalsuan ini dibuat pada Abad Pertengahan antara tahun 1260-1390 — rentang yang diberikan oleh laboratorium radiokarbon.
Sejak 1978, kelompok penelitian STURP di Amerika yang dipimpin oleh John Jackson, diberi akses selama dua hari terhadap Kain Kafan dan melakukan analisis menyeluruh dengan peralatan berton-ton, termasuk uji mikro-kimia, spektrografi, radiometri inframerah, mikroskop optik, fluoresensi ultraviolet, dan lain-lain, menunjukkan bahwa pembuat gambar tersebut bukan pemalsu abad pertengahan.
Saya segera mempertanyakan keandalan studi karbon-14 tersebut. Studi statistik langsung menunjukkan adanya ketidaksesuaian yang tak dapat dijelaskan antara angka dari laboratorium Oxford dan dari Zurich serta Tucson, Arizona.
Pada tahun 2017, berkat peneliti muda Tristan Casabianca, data mentah dari studi tersebut menunjukkan penyebaran hasil yang lebih besar lagi, sehingga secara statistik hanya ada kemungkinan 1% bahwa sampel berasal dari kain yang sama. Bukan metode karbon-14 yang salah, melainkan kain linen yang sangat tercemar. Ditemukan jejak jamur dan kalsium karbonat. Ahli kimia Raymond Rogers (meninggal 2005) menemukan bahwa area sampel adalah bagian yang ditambal: benang modern disisipkan pada abad ke-16 untuk memperbaiki bagian yang aus. Dengan demikian, eksperimen karbon-14 itu kini tidak sah.
Penelitian lain juga telah dilakukan, termasuk oleh Profesor Giulio Fanti dari Universitas Bologna, yang menggunakan metode penanggalan lain berdasarkan puntiran kain linen, dan tiba pada rentang waktu yang cukup luas, tetapi berpusat sekitar tahun 33 M, tanggal penguburan Yesus.
Baru-baru ini, pada April 2022, peneliti Italia lainnya, Profesor Liberato De Caro dari Institut Kristalografi CNR Italia, menggunakan metode sinar-X tertentu, menyimpulkan bahwa ini memang linen dari abad pertama. Ia membandingkan benang dari kain ini dengan benang dari kain lain yang ditemukan di Masada, benteng yang dihancurkan Romawi tahun 73 M.
Ada banyak penelitian lain yang saya bahas dalam buku saya, tetapi semuanya saling mendukung. Saya sampai pada kesimpulan cukup awal bahwa Kain Kafan Turin tidak mungkin palsu. Inilah alasan saya menerbitkan buku ini. Tidak lagi mungkin dikatakan bahwa itu adalah kain dari Abad Pertengahan, atau bahwa itu mungkin Kain Kafan Yesus. Tidak, keasliannya tak bisa diperdebatkan lagi.
Apa tanggapan Anda terhadap mereka yang meragukan keasliannya karena adanya “kekosongan sejarah” di mana kain kafan ini menghilang?
Dulu diyakini ada dua kekosongan sejarah. Namun kenyataannya, hanya ada satu. Memang benar bahwa karena hal ini, metode sejarah tidak memungkinkan kita menganggap kain kafan itu asli. Hanya ilmu pengetahuan yang dapat memastikannya.
Ada kekosongan antara 5 April tahun 33 — yang bertepatan dengan Hari Paskah, saat Simon Petrus dan Yohanes Penginjil menemukan Kain Kafan di atas bangku batu dalam Makam Suci, seolah tubuhnya menghilang dari dalam — dan tahun 387–388, tanggal yang diduga sebagai saat kedatangan Kain Kafan di kota Mesopotamia Edessa. Kita memang tidak tahu apa yang terjadi di antara periode itu.
Dulu juga diyakini ada kekosongan sejarah pada saat penjarahan Konstantinopel tahun 1204. Tapi sekarang kita tahu bahwa Kain Kafan selamat dari penjarahan tersebut, dipindahkan ke Prancis dan disimpan di Sainte-Chapelle di Paris. Kemudian dipindahkan ke Wangsa Savoy dan akhirnya ke Takhta Suci pada tahun 1983.
Anda menyoroti sikap kehati-hatian Gereja dalam beberapa tahun terakhir mengenai topik ini, terutama dua paus terakhir yang, tidak seperti Yohanes Paulus II, tidak secara eksplisit menyebut Kain Kafan sebagai relik. Bagaimana Anda menafsirkan pendekatan ini?
Memang benar bahwa Paus Sixtus IV dan Paus Julius II percaya pada keaslian Kain Kafan. Paus Julius II bahkan meminta agar Misa khusus ditulis untuk menghormatinya. Paus Yohanes Paulus II sendiri, setelah eksperimen karbon-14, menegaskan kembali bahwa itu bukanlah ikon, melainkan relik yang otentik. Namun, para penggantinya lebih berhati-hati, karena Kain Kafan kini menjadi objek ilmiah. Maka dari itu, sulit bagi Gereja untuk memberikan pendapat, dan memang bukan perannya untuk melakukan itu. Peran Gereja adalah memberitakan kematian dan kebangkitan Yesus — tidak lebih. Saya memahami posisi ini dengan baik dan saya rasa Gereja tidak akan mengubahnya.
Salah satu bab dalam buku Anda berjudul “Pembuktian dengan Tiga Relik,” membandingkan dengan relik-relik palsu yang tidak tahan uji ilmiah, seperti Kain Kafan Cadouin. Namun dua relik lain yang keasliannya tidak diragukan hingga saat ini, menurut Anda, mendukung tesis keaslian Kain Kafan Suci.
Dari relik-relik palsu, kita mengenal Kain Kafan dari Compiègne, yang menghilang pada abad ke-19, dan tentu saja Kain Kafan Cadouin, yang disimpan di sebuah biara di wilayah Périgord, Prancis. Kain ini sempat memunculkan banyak ziarah di Abad Pertengahan, dengan indulgensi dari Paus dan subsidi dari kerajaan Prancis. Namun, pada tahun 1934 ditemukan bahwa kain itu sebenarnya adalah bendera Fatimiyah dari Timur Tengah, dengan tulisan dalam huruf Kufik memuji Emir Al-Mustali!
Sementara untuk relik asli, ada Kain Kafan Oviedo, yang sebenarnya bukan kain kafan, melainkan kain yang ditempatkan di wajah Yesus saat diturunkan dari salib, dan mengandung aliran darah. Tidak ada wajah tercetak di atasnya, tetapi noda darahnya cocok secara sempurna dengan noda darah pada pria dalam Kain Kafan Suci. Kita juga tahu bahwa golongan darahnya sama, yaitu golongan darah AB.
Hal yang sama juga terjadi pada Tunik Argenteuil, yang tampaknya dikenakan Yesus saat menuju salib. Di situ pun terdapat noda darah yang cocok dengan noda darah di Kain Kafan Suci. Ketiga relik ini memiliki perjalanan sejarah yang sangat berbeda dan berasal dari lokasi serta waktu yang berlainan, tetapi jenis serbuk sari dari Timur Dekat ditemukan di ketiganya. Maka, keasliannya terkonfirmasi.
Anda mengutip secara panjang lebar kutipan indah dari surat Paul Claudel tahun 1935 tentang Kain Kafan Suci, yang menggambarkannya sebagai “kebangkitan kedua.” Sebagai orang beriman, apa makna khusus yang Anda rasakan karena gambar wajah Kristus ini diungkapkan kepada dunia pada akhir abad ke-19, yang juga dikenal sebagai abad “kematian Tuhan”?
Memang, tampaknya ada kehendak Penyelenggaraan Ilahi untuk menjaga kain ini sebagai kesaksian bagi dunia. Yang benar-benar mengagumkan adalah bagaimana kain ini beberapa kali lolos dari kehancuran, termasuk dari dua kebakaran besar, yang terakhir terjadi pada tahun 1997 saat Katedral Turin terbakar. Mario Trematore, pemadam kebakaran yang saat itu bertugas, merasakan anugerah khusus dan suara batin yang berkata padanya, “Hantam di sini, di sisi ini, bukan yang sana.” Ia merasa digerakkan, mungkin oleh kekuatan ilahi. Ia mengambil palu godam, memecahkan kaca pelindung dan menyelamatkan relik tersebut. Ia sendiri mengaku bahwa jika itu adalah karya pelukis Renaissance Italia terkenal sekalipun, ia tak akan mengambil risiko sebesar itu.
Keaslian kain kafan ini memang bukan kebenaran iman, seperti yang telah Anda sebutkan, namun pekerjaan panjang yang Anda lakukan selama beberapa dekade ini pasti berdampak pada kehidupan iman Anda.
Saya sangat terpesona oleh keindahan dan ketenangan wajah Kristus. Sangat menyentuh, sangat menggugah, ada kekuatan yang luar biasa. Kata-kata Claudel selalu terngiang dalam benak saya: “lebih dari sekadar gambar, ini adalah kehadiran…”
Saya sangat terpengaruh oleh Kain Kafan ini, dan saya bukan satu-satunya. Kain ini juga telah mengubah banyak orang Kristen; membantu mereka memahami bahwa Kebangkitan bukan hanya simbol, seperti yang sayangnya banyak orang pikirkan, tetapi kenyataan historis. Kristus bangkit, tubuh dan jiwa.
Sumber: Holy Shroud of Turin’s Authenticity Can No Longer Be Disputed, Expert Asserts – ncregister.com
Good https://t.ly/tndaA
Awesome https://urlr.me/zH3wE5
Very good https://urlr.me/zH3wE5
Awesome https://rb.gy/4gq2o4
Awesome https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2
Very good https://is.gd/N1ikS2
Good https://is.gd/N1ikS2