Mengibarkan Merah Putih 🇮🇩 di Negeri Orang: Kisah Diaspora Maluku Merayakan 17 Agustus

Share:

Setiap tanggal 17 Agustus, jutaan pasang mata di seluruh dunia menoleh ke Indonesia, mengenang perjuangan dan kemerdekaan. Namun, bagaimana perayaan sakral ini dirasakan oleh mereka yang merantau jauh dari tanah air, khususnya diaspora Maluku? Kisah mereka merayakan Hari Kemerdekaan di negeri orang adalah cerminan dari identitas yang kuat, adaptasi budaya, dan, bagi sebagian, sebuah perjalanan panjang menuju rekonsiliasi.

Dinamika Sejarah di Belanda

Di Belanda, perayaan 17 Agustus memiliki nuansa yang kompleks. Sebagian besar diaspora Maluku di sana adalah keturunan mantan tentara kolonial Hindia Belanda (KNIL) yang dibawa ke Belanda setelah kemerdekaan Indonesia. Latar belakang sejarah ini sempat menciptakan jarak emosional, di mana sebagian komunitas merasa terputus dari narasi kemerdekaan Indonesia. Sentimen separatisme yang terkait dengan Republik Maluku Selatan (RMS) di masa lalu juga menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah mereka.

Namun, zaman telah berubah. Seiring berjalannya waktu, generasi muda Maluku di Belanda mulai menunjukkan hubungan yang lebih terbuka dengan Indonesia. Contoh paling nyata adalah fenomena pemain sepak bola keturunan Maluku yang direkrut untuk tim nasional Indonesia. Hal ini seolah menjadi jembatan yang menyatukan dua identitas, memunculkan “semangat merah-putih tanpa biru di bawahnya” — sebuah ekspresi kebanggaan yang baru dan rekonsiliatif.

Merayakan Budaya di Amerika Serikat

Berbeda dengan Belanda, diaspora Maluku di Amerika Serikat lebih mudah menyatu dengan komunitas diaspora Indonesia yang lebih luas. Komunitas seperti Gandong Maluku California (GMC) yang diresmikan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Los Angeles, aktif mempromosikan budaya Indonesia.

Pada 17 Agustus, mereka bergabung dengan ribuan WNI lainnya untuk merayakan kemerdekaan. Meskipun perayaan ini mungkin tidak seformal di Indonesia, semangatnya tetap terasa lewat berbagai acara seperti festival kuliner, pertunjukan seni tradisional, dan lomba-lomba khas 17-an. Bagi diaspora Maluku, perayaan ini tidak hanya tentang merayakan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat persaudaraan di perantauan dan memperkenalkan kekayaan budaya Maluku kepada masyarakat global.

Antara Identitas dan Harapan

Kegiatan diaspora Maluku di luar negeri pada 17 Agustus adalah cerminan dari bagaimana mereka menyeimbangkan dua dunia: identitas Maluku yang kuat dan status mereka sebagai warga dunia. Baik di Belanda yang sarat sejarah maupun di Amerika Serikat yang lebih terbuka, perayaan ini menjadi bukti bahwa semangat kebangsaan tetap hidup, melintasi batas geografis.

Mereka adalah duta-duta budaya yang memperkenalkan Maluku ke dunia, sekaligus menjadi jembatan yang menghubungkan tanah leluhur dengan kehidupan modern mereka. Pada akhirnya, perayaan 17 Agustus bagi mereka adalah sebuah perayaan identitas—identitas yang terus berkembang dan beradaptasi, namun tidak pernah melupakan akarnya.

error: Content is protected !!