Maria Dermoût, penulis Belanda kelahiran Hindia Belanda (sekarang Indonesia), dikenal dengan karya-karyanya yang penuh nuansa dan misterius. Salah satu karyanya yang paling menarik adalah cerita pendek berjudul “De Juwelen Haarkam” (1954/1956). Cerita ini tidak hanya memikat secara emosional, tetapi juga kaya akan referensi sejarah dan sastra. Melalui penelitian mendalam, Annelies Dirkse-Balhan mengungkap bagaimana Dermoût menggabungkan fakta sejarah, sumber sastra, dan imajinasi puitis untuk menciptakan karya yang unik.

Maria Dermoût menciptakan kisah penuh misteri dalam “De Juwelen Haarkam” (1954/1956). Cerita ini membawa pembaca ke awal abad ke-19, di mana seorang perwira muda angkatan laut Belanda, Quirien, kembali ke kampung halamannya di Arnhem setelah menjalani perjalanan selama empat tahun ke Timur. Namun, kepulangannya bukan sekadar kembali ke rumah, melainkan juga membawa jejak sejarah kelam yang menghubungkan Belanda dan Kepulauan Maluku.
Helena Anthonia Maria Elisabeth Dermoût-Ingerman lahir di Pekalongan, Jawa, Indonesia, pada tanggal 15 Juni 1888 dan meninggal di Den Haag, Belanda, pada tanggal 27 Juni 1962. Ia adalah seorang penulis Belanda-Indonesia.
Cerita yang Penuh Teka-Teki
De Juwelen Haarkam bercerita tentang Quirien, seorang perwira angkatan laut muda yang kembali ke rumah orang tuanya di Arnhem setelah empat tahun bertugas di Hindia Belanda. Quirien terlibat dalam penumpasan pemberontakan di Pulau Saparua pada tahun 1817, yang dipimpin oleh Thomas Matulesia (Pattimura). Dia menyaksikan eksekusi Matulesia dan berperan dalam penyelamatan seorang anak Belanda, Jean Lubbert van den Berg, yang selamat dari pembantaian di benteng Duurstede. Sebelum pulang, Quirien menyerahkan sebuah sisir berhias permata milik ibu Jean Lubbert kepada keluarganya.
Cerita ini penuh dengan teka-teki. Hubungan Quirien dengan keluarganya, terutama ibunya, terasa rumit dan penuh ketegangan. Dermoût menggabungkan elemen-elemen yang tampaknya bertentangan: cerita ini sekaligus lembut, penuh mimpi, dan keras, faktual, serta detail. Pembaca dibiarkan bertanya-tanya tentang makna di balik setiap adegan.
Sesampainya di Arnhem, ia merasakan betapa jauhnya jarak emosional antara dirinya dan keluarga Belanda-nya. Ayah serta saudara-saudaranya terasa asing baginya, seakan dunia yang dulu ia tinggalkan telah berubah sepenuhnya. Satu-satunya hubungan yang masih tersisa adalah dengan ibunya, meskipun interaksi mereka pun terasa aneh dan sulit dipahami. Dermoût menyajikan cerita ini dengan nuansa yang unik—menggabungkan kepekaan emosional, suasana mimpi, serta fakta sejarah yang keras dan menyakitkan. Hal ini membuat pembaca berada dalam ketidakpastian, sulit menentukan di mana batas antara realitas dan imajinasi.
Sumber Historis: Pemberontakan Pattimura
Dermoût melakukan penelitian mendalam tentang pemberontakan Pattimura di Saparua. Dia menggunakan catatan sejarah dari Maurits VerHuell, seorang perwira angkatan laut yang terlibat langsung dalam penumpasan pemberontakan. VerHuell menulis Herinneringen aan eene reis naar Oost-Indiën (1835-1836), yang menjadi sumber utama Dermoût. Meskipun catatan VerHuell tidak selalu akurat secara kronologis, deskripsinya tentang peristiwa dan karakter, seperti Thomas Matulesia, sangat hidup dan inspiratif bagi Dermoût.
Selain VerHuell, Dermoût juga merujuk pada memoar Jean Lubbert van den Berg, Herinneringen mijner jeugd, yang ditulisnya sebagai orang dewasa. Jean Lubbert adalah satu-satunya yang selamat dari pembantaian di benteng Duurstede. Kisahnya tentang penyelamatan oleh seorang budak bernama Salomo dan perlindungan dari Matulesia memberikan sudut pandang yang unik dan emosional.
Dermoût juga menggunakan sumber-sumber lain, seperti karya J.B.J. van Doren dan laporan Vice-Admiraal J. Boelen, untuk melengkapi narasinya. Dia menggabungkan fakta-fakta ini dengan imajinasinya sendiri, menciptakan cerita yang kaya akan detail historis namun tetap memiliki sentuhan puitis.
Sumber Sastra: Pengaruh Rumphius dan Lainnya
Selain sumber sejarah, Dermoût juga terinspirasi oleh karya sastra. Salah satu yang paling menonjol adalah karya Georgius Everardus Rumphius, seorang naturalis dan penulis abad ke-17 yang tinggal di Ambon. Deskripsi Rumphius tentang alam dan budaya Maluku memengaruhi gaya penulisan Dermoût, terutama dalam penggambaran detail-detail kecil, seperti pasangan cangkang mutiara yang dibawa Quirien untuk ayahnya.
Dermoût juga memasukkan kutipan langsung dari puisi Willem Bilderdijk dan Mazmur 17, yang memberikan dimensi spiritual dan filosofis pada cerita. Kutipan-kutipan ini menegaskan tema utama cerita: absurditas perang dan perlawanan terhadap penindasan.
Sumber Visual: Lukisan dan Sketsa
Dermoût tidak hanya mengandalkan teks tertulis. Dia juga terinspirasi oleh karya seni, terutama lukisan dan sketsa yang dibuat oleh Maurits VerHuell. VerHuell adalah seorang seniman berbakat yang membuat banyak gambar selama perjalanannya di Hindia Belanda. Beberapa karyanya, seperti potret Thomas Matulesia dan adegan penyelamatan Jean Lubbert, menjadi referensi visual bagi Dermoût.
Dia menggambarkan detail-detail visual ini dengan sangat hidup dalam ceritanya, seperti deskripsi tentang “tambur kecil dengan selempang besar” dalam lukisan VerHuell. Penggunaan sumber visual ini menambah kedalaman dan keaslian pada narasi Dermoût.
Kesimpulan: Fiksi yang Berakar pada Fakta
De juwelen haarkam adalah contoh sempurna bagaimana Maria Dermoût menggabungkan fakta sejarah, sastra, dan seni untuk menciptakan karya fiksi yang kaya dan berlapis. Meskipun cerita ini penuh dengan teka-teki dan ambiguitas, penelitian mendalam menunjukkan bahwa Dermoût sangat teliti dalam menggunakan sumber-sumbernya. Dia tidak hanya menceritakan kembali sejarah, tetapi juga memberikan interpretasi pribadi yang mendalam tentang peristiwa-peristiwa tersebut.
Cerita ini juga mencerminkan kepedulian Dermoût terhadap tema-tema universal seperti konflik, penindasan, dan hubungan manusia. Melalui Quirien dan Matulesia, dia mengajak pembaca untuk merenungkan absurditas perang dan kompleksitas moral dalam situasi kolonial.
Dengan gaya penulisan yang puitis dan penuh perhatian pada detail, Maria Dermoût membuktikan dirinya sebagai salah satu penulis terbesar dalam sastra Hindia Belanda. De juwelen haarkam bukan hanya sebuah cerita, tetapi juga sebuah eksplorasi mendalam tentang sejarah, manusia, dan seni.