Tijjani Reijnders: Mengukir Sejarah dengan Darah Maluku di Jantung Eropa

Share:

Di lapangan hijau yang luas di Stadion Etihad, seorang pemain gelandang berbakat dan penuh potensi baru saja membuka babak baru dalam perjalanan kariernya yang menjanjikan. Nama Tijjani Reijnders, seorang pesepakbola asal Belanda yang juga memiliki akar keturunan Maluku, kini menjadi bagian penting dari klub besar dan terkenal di dunia, Manchester City, yang bermain di kompetisi Premier League.

Dengan langkah transfer yang mencuri perhatian, yaitu sebesar £46,6 juta yang dilakukan dari klub Italia, AC Milan, pada bulan Juni tahun 2025, Tijjani Reijnders tidak hanya membawa keahlian dan bakatnya ke panggung sepak bola dunia yang kompetitif dan penuh tantangan, tetapi juga membawa serta warisan budaya yang sangat kaya dan beragam dari ibunya yang bernama Angelina Lekatompessy. Ibu dari Tijjani berasal dari Ambon, Maluku, sebuah daerah yang terkenal dengan keindahan alam dan keberagaman budaya yang khas.

Akar Maluku, Jiwa Petarung

Tijjani Martinus Jan Reijnders Lekatompessy lahir pada 29 Juli 1998 di Zwolle, Belanda, dari pasangan Martin Reijnders, mantan pesepakbola, dan Angelina Lekatompessy, keturunan Ambon yang penuh semangat. Kakeknya, Jan Lekatompessy, berasal dari Negeri Latuhalat, Nusaniwe, Ambon, dan keluarganya bermigrasi ke Belanda pada 1950-an sebagai bagian dari eksodus pasca-kolonial.

Di tengah kehidupan di Belanda, Angelina menanamkan nilai-nilai Maluku dalam keluarganya: ketangguhan, kebersamaan, dan kebanggaan akan akar budaya.

Tijjani kecil tumbuh dalam keluarga yang mencintai sepak bola. Bersama adiknya, Eliano Reijnders, ia menghabiskan hari-hari di lapangan, didukung penuh oleh Angelina, yang menjadi pilar kekuatan keluarga. “Ibuku selalu mengajarkan kami untuk tidak melupakan asal-usul kami,” kata Tijjani dalam sebuah wawancara. Bendera Indonesia yang ia bawa di Euro 2024 adalah simbol penghormatan kepada warisan Maluku yang mengalir dalam darahnya.

Perjalanan Menuju Puncak

Karier Tijjani tidak datang dengan instan. Ia memulai di akademi PEC Zwolle, klub kota kelahirannya, sebelum bergabung dengan AZ Alkmaar pada 2017. Masa peminjaman di RKC Waalwijk mengasah mentalnya, dan pada 2022-2023, ia bersinar di Eredivisie, terpilih sebagai bagian dari Team of the Month. Pada Juli 2023, AC Milan merekrutnya, dan di Serie A, Tijjani menunjukkan kelasnya sebagai gelandang modern: cerdas, teknikal, dan tak kenal lelah. Musim 2024-2025 menjadi puncaknya di Milan, dengan 8 gol dan 3 assist, meraih Supercoppa Italiana, serta dinobatkan sebagai Gelandang Terbaik Serie A.

Kini, di usia 27 tahun, Tijjani berdiri di panggung terbesar bersama Manchester City. Di bawah asuhan Pep Guardiola, ia diharapkan menjadi penggerak lini tengah, menggabungkan visi permainan, kemampuan dribbling, dan ketangguhan yang membuatnya begitu istimewa. “Tijjani adalah simbol gelandang modern,” kata Guardiola. Bagi Tijjani, ini bukan sekadar soal trofi, tetapi juga tentang membuktikan bahwa kerja keras dan dedikasi bisa membawa siapa saja meraih mimpi.

Jembatan Dua Budaya

Kisah Tijjani juga tentang keberanian memilih identitas. Meski eligible membela Timnas Indonesia melalui garis keturunan ibunya, ia memilih Timnas Belanda, di mana ia debut pada September 2023. Namun, ia tetap menghormati akar Malukunya, sebagaimana terlihat dari dukungannya terhadap adiknya, Eliano, yang menjadi WNI dan membela Timnas Indonesia sejak Oktober 2024. “Saya bangga dengan pilihan Elian. Kami sama-sama membawa nama keluarga kami, meski di jalur yang berbeda,” ujar Tijjani.

Angelina, ibunya, adalah jantung dari kisah ini. Sebagai keturunan Maluku yang hidup di Belanda, ia menjaga budaya Indonesia tetap hidup dalam keluarganya, dari cerita tentang Ambon hingga nilai-nilai kekeluargaan. “Kami diajarkan untuk selalu rendah hati dan bekerja keras, seperti semangat orang Maluku yang tak pernah menyerah,” kenang Tijjani. Keluarga Reijnders-Lekatompessy adalah contoh harmoni budaya: Tijjani dan Eliano di lapangan, sementara saudari mereka, Syane, mengejar mimpinya di dunia tari.

Tijjani Reijnders bersama keluarga besarnya || IG

Wawancara Eksklusif: Tijjani di Manchester City

Dalam wawancara pertamanya setelah bergabung dengan Manchester City, Tijjani berbagi kegembiraan dan visinya:

Selamat datang di Manchester City, Tijjani. Bagaimana perasaan Anda bergabung dengan klub ini? Terima kasih banyak. Saya sangat senang. Keluarga saya juga senang, dan ini adalah langkah besar. Kami sangat antusias untuk memulai di sini.

Mengapa memilih Manchester City? Apa yang menarik dari proyek di sini? Semua orang tahu bagaimana Manchester City bermain, dengan gaya permainan yang dominan di lapangan, melawan lawan, dan bermain sepak bola menyerang. Itu yang paling cocok untuk saya.

Bagaimana Anda mendeskripsikan diri Anda sebagai pemain di lapangan? Saya seperti gelandang box-to-box yang suka terlibat dalam build-up dari belakang, memberikan umpan kepada penyerang, menciptakan peluang, dan kadang-kadang mencetak gol sendiri.

Anda menyebutkan soal mencetak gol. Musim lalu Anda mencetak banyak gol. Apakah itu sesuatu yang Anda kembangkan? Apa yang membuat Anda lebih sering mencetak gol? Ya, karena sebagai gelandang, penting juga untuk mencetak gol. Dua tahun lalu, saya tidak mencetak banyak gol dalam satu musim. Saya bekerja keras di musim panas, melihat apa yang harus saya perbaiki di depan gawang. Dan musim ini, itu berhasil, saya lebih sering masuk dalam daftar pencetak gol.

Anda dinobatkan sebagai Gelandang Terbaik Serie A musim lalu. Seberapa besar kehormatan itu bagi Anda? Itu adalah kehormatan besar, terutama karena kami mengalami musim yang sulit. Tetap dinobatkan sebagai gelandang terbaik musim ini adalah sesuatu yang membuat saya sangat senang.

Ceritakan sedikit tentang masa kecil Anda. Anda berasal dari keluarga yang sangat olahraga, bukan? Ya, benar. Ayah saya juga pemain profesional, dan sekarang adik saya juga pesepakbola profesional di Belanda. Jadi, itu ada dalam gen kami. Saya berharap bisa mewariskannya juga kepada anak-anak saya nanti.

Di awal karier Anda, hidup tidak selalu mudah. Anda menyeimbangkan kehidupan akademi dengan bekerja di toko sebagai remaja. Bagaimana Anda mengatasi itu dan perjalanan dari sana ke Manchester City? Ya, karena saya tidak mendapatkan kontrak profesional saat berusia 16 atau 17 tahun. Di satu musim panas, ibu saya bilang saya harus mencari pekerjaan. Saya mengajukan lamaran di supermarket dan bekerja di sana selama setahun bersama teman-teman. Tapi itu baik untuk saya, menyadari bagaimana hidup tanpa sepak bola. Sekarang, kalau saya melihat ke belakang, sungguh gila betapa cepatnya hidup bisa berubah. Dan sekarang saya di sini.

Anda telah bermain untuk AC Milan dan Timnas Belanda. Apa lagi yang ingin Anda pelajari, dan apa yang bisa Anda dapatkan dari Pep dan staf pelatih di City? Itulah mengapa saya ingin bermain di Premier League. Intensitasnya, saya ingin merasakan energi di sini. Di Man City, Anda harus berpikir lebih cepat karena ruang lebih sempit. Itu yang ingin saya kembangkan, dan saya menantikannya.

Seberapa antusias Anda bermain di bawah asuhan Pep Guardiola? Ini kesempatan besar bagi saya. Saya mengikuti kariernya sejak melatih Barcelona, bersama Lionel Messi, dan bagaimana ia membawa gaya itu ke Man City. Itu membuat saya sangat antusias bergabung dengan Manchester City.

Apa yang Anda ketahui tentang Premier League, dan apa yang Anda harapkan dari tantangan ini? Semua orang tahu ini adalah kompetisi terbesar di dunia. Musim lalu, banyak klub bersaing untuk posisi teratas, levelnya sangat tinggi. Ini adalah mimpi setiap anak laki-laki untuk bermain di Premier League.

Bagaimana dengan kota Manchester? Sudahkah Anda menjelajahinya? Apa yang Anda harapkan dari tinggal di sini? Belum, saya baru ke sini dua kali, tapi belum melihat kota. Saya akan menjelajahinya bersama keluarga setelah Piala Dunia. Kami senang berada di sini, dan saya juga mendapat banyak bantuan dari Nathan Aké.

Terakhir, apa yang ingin Anda capai di sini, baik secara pribadi maupun bersama tim? Pasti untuk mengembangkan diri sebagai gelandang, menjadi gelandang yang lebih lengkap. Dan sepak bola adalah tentang memenangkan trofi. Saya berharap bisa memenangkan sebanyak mungkin trofi bersama Manchester City.

Terima kasih atas waktunya, Tijjani, dan selamat datang kembali di klub! Terima kasih banyak.

Inspirasi untuk Generasi Muda

Kisah Tijjani Reijnders adalah cerminan bahwa mimpi besar bisa diraih, tak peduli dari mana kita berasal. Dari Zwolle ke Milan, dan kini Manchester, ia membuktikan bahwa bakat, kerja keras, dan dukungan keluarga bisa menembus batas. Bagi anak-anak Indonesia, khususnya dari Maluku, Tijjani adalah simbol harapan: bahwa darah Indonesia bisa bersinar di panggung dunia.

Tijjani juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati akar. Meski bermain untuk Belanda, ia tak pernah melupakan Maluku yang mengalir dalam nadinya. Bendera Indonesia yang ia bawa, cerita tentang ibunya, dan kebanggaannya atas perjuangan Eliano di Timnas Indonesia adalah bukti bahwa identitas adalah kekuatan, bukan batasan.

Di lapangan Etihad, Tijjani Reijnders bukan hanya seorang gelandang. Ia adalah duta Maluku, anak Angelina Lekatompessy yang membawa semangat Ambon ke jantung Eropa. Bagi generasi muda, pesannya sederhana: “Kejar mimpimu, hormati asal-usulmu, dan jangan pernah berhenti berjuang.” Dengan setiap operan dan golnya, Tijjani mengukir sejarah—dan menginspirasi dunia.


The best of Tijjani Reijnders for AC Milan || beIN SPORTS Australia
error: Content is protected !!