(Di puncak Gunung Tabor, cahaya kemuliaan meliputi Yesus. Musa dan Elia berdiri di hadapan-Nya. Para murid yang menyaksikan peristiwa ini terpesona dan ketakutan. Sementara itu, di dalam lingkup kemuliaan, percakapan ini terjadi…)
Musa: (tersenyum, menatap Yesus) “Engkau sungguh pemenuhan dari segala janji, Yesus. Dahulu, aku hanya melihat bayangan-Mu—di semak yang menyala, dalam tiang awan dan api, di loh-loh batu yang kuterima di Sinai. Tetapi kini, aku berdiri di hadapan-Mu, dan segala hukum Taurat menemukan maknanya di dalam diri-Mu.”
Elia: (mengangguk, penuh kekaguman) “Aku mendengar suara Allah dalam embusan angin lembut di Horeb, namun kini aku mendengar-Nya berbicara langsung di hadapan kita. Engkau bukan hanya suara, Engkau adalah Sang Sabda itu sendiri. Apakah inilah saatnya, Yesus? Saat di mana Engkau akan membawa pemulihan bagi umat pilihan?”
Yesus: (menatap mereka dengan penuh kasih) “Waktunya semakin dekat. Yerusalem menanti, dan di sana Aku harus menanggung beban yang jauh lebih berat dari loh-loh batu Sinai, lebih sulit daripada perjalanan panjang di padang gurun, lebih menyakitkan dari pengejaran raja-raja dunia. Aku akan memasuki kemuliaan melalui penderitaan.”
Musa: (menundukkan kepala) “Seperti domba Paskah… Engkau akan menjadi korban yang sempurna.”
Elia: (berbisik) “Api tidak lagi turun untuk menghanguskan korban, tetapi korban itulah yang akan membakar dunia dengan kasih yang tak terpadamkan.”
Yesus: (tersenyum lembut) “Bapa-Ku telah menetapkan ini sejak semula. Hukum yang kau bawa, Musa, akan digenapi. Suara kenabianmu, Elia, akan mencapai puncaknya. Dan melalui salib, manusia akan melihat terang yang sejati.”
(Saat itu, awan kemuliaan turun, dan terdengar suara dari Surga: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Para murid tersungkur, dan ketika mereka bangkit, mereka hanya melihat Yesus seorang diri—karena hukum dan nubuat telah menemukan pemenuhannya di dalam Dia.)